Rabu, 12 September 2018


Travel Umroh Terbaik Dengan Travel Wisata Halal

Tudingan Deputi Senior Bank Indonesia Anwar Nasution yang mengatakan bahwa banyaknya jamaah haji dan umroh adalah salah satu penyebab melemahnya nilai tukar rupiah yang dibantah oleh Kementerian Agama.

Direktur Pengelolaan Dana Haji dan Sistem Informasi dan Haji Terpadu Komputerisasi Departemen Agama Ramadhan Harisman menepis tuduhan mantan Deputi Senior Bank Indonesia Anwar Nasution yang mengatakan bahwa banyaknya haji Haji dan Umroh adalah salah satu penyebab melemahnya nilai tukar rupiah.

"Kebutuhan valuta asing (forex) untuk operasi haji jauh lebih kecil daripada untuk impor minyak dan gas," kata Ramadhan, dikutip dari situs resmi Kementerian Agama, Selasa, 11 September 2018. Ia menyebut pembayaran korporasi hutang jatuh tempo dalam periode tertentu dalam tahun berjalan. lebih besar dari biaya operasional haji.

Ramadhan mengatakan total biaya operasional penyelenggaraan haji haji reguler tahun ini adalah Rp. 14,1 triliun dalam bentuk mata uang rupiah dan riyal (SAR). Dari jumlah total, pembiayaan dalam mata uang Saudi berjumlah SAR 2,1 miliar atau US $ 560 juta.

Badan Pusat Statistik menjelaskan total impor Indonesia pada Juli 2018 mencapai US $ 18,27 miliar, naik 62,17 persen. Impor ini disumbang dari sektor minyak dan gas sebesar US $ 2,61 miliar dan sektor non-migas sebesar US $ 15,65 miliar. Jika diakumulasikan, nilai impor Indonesia pada Januari - Juli 2018 tercatat sebesar US $ 107,32 miliar.

Selain itu, Ramadhan mengatakan bahwa pembayaran operasional haji tidak langsung dikucurkan, tetapi secara bertahap dalam 4-5 bulan masa operasional haji. Sedangkan sisanya dibayar dalam rupiah, termasuk biaya penerbangan haji.

Adapun pembayaran setoran awal dan pembayaran pembayaran biaya menjalankan Haji (BPIH) oleh jamaah juga menggunakan rupiah. "Jadi, kapan pembayaran tidak mempengaruhi kebutuhan SAR dan USD domestik," kata Ramadhan.

Meskipun, Ramadhan tidak membantah bahwa selama musim Haji ada transfer devisa ke Arab Saudi. Namun, ia menganggap semua negara mengalami hal yang sama mengingat pelaksanaan Haji dan Umrah hanya di Tanah Suci.

Ramadhan juga mengatakan pemerintah berusaha menyeimbangkannya dengan distribusi ekonomi untuk orang Indonesia yang tinggal di Arab Saudi. Setidaknya dengan membantu sebagian warga Indonesia yang penghasilannya sangat bergantung pada pelaksanaan Haji dan Umroh, misalnya bisnis makanan, kepada pedagang Indonesia.

Sebelumnya, Anwar Nasution menjelaskan, yang dimaksud dengan jumlah besar peziarah dan umrah bahkan terkikis devisa adalah karena akhirnya uang yang dihabiskan oleh peziarah hanya akan mengalir ke luar negeri. "Apakah ada restoran Padang di Mekkah, misalnya? Tidak, kan? Sebagian besar toko-toko kecil. Ini salah, tidak digunakan dengan benar," katanya.

Anwar juga mengatakan penurunan nilai tukar rupiah terhadap dolar juga karena pelemahan ekonomi di Indonesia masih sangat lemah. Menurutnya, fundamental ekonomi Indonesia dianggap tidak mampu menahan gejolak dari luar. "Pemerintah mengatakan fundamental ekonomi Indonesia kuat. Omong kosong," katanya.

Buktinya, kata Anwar Nasution, yang juga mantan ketua Badan Pemeriksa Keuangan, rasio penerimaan pajak terhadap produk domestik bruto (PDB) masih rendah sebesar 10 persen. Jika dibandingkan dengan negara berkembang lainnya yang mencapai 20 persen, rasio penerimaan pajak Indonesia hanya setengah. "Meskipun kita sudah mandiri selama 73 tahun. Apa yang kita lakukan ketika kita berhutang, pinjam saja," katanya.

Lebih lanjut, Anwar menilai ekonomi Indonesia saat ini sangat rentan terhadap gejolak asing yang menyebabkan jika bunga meningkat, biaya pembayaran utang di Indonesia juga meningkat. Selain itu, jika nilai tukar naik itu juga menyebabkan kenaikan harga suatu komoditas. "Tempe, harganya naik karena impor kacang kedelai," katanya.

Anwar Nasution juga mengatakan bahwa lembaga keuangan di Indonesia juga dinilai sangat lemah. Institusi keuangan yang dimaksud adalah bank pemerintah seperti empat bank negara (BUMN). "Ini berarti keempat bank negara ini tidak dapat bersaing dengan bank seperti CIMB, Maybank dan juga Bank Pembangunan Singapura."

0 komentar:

Posting Komentar

BTemplates.com

Categories

Cari Blog Ini

Diberdayakan oleh Blogger.

Popular Posts